Thursday, May 23, 2013

[syiar-islam] Cinta dalam ilmu nahu/sharaf (5)

 

Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
 
Pernahkah kita merenungkan, bahwa kenapa manusia berusaha mati
matian untuk belajar mencapai title lebih tinggi? Sampai ada yang kakinya
keatas, kepalanya kebawah demi hanya sebuah pencapaian yang bernama sekolah
meraih title lebih tinggi lagi?
 
Untuk apa mereka mau berkorban demi semua itu?
Kalau kita mau jadi orang yang jujur, lebih baik kita tidak
usah munafiq. Pasti ada tujuan dibalik itu. Ada udang dibalik bakwannya. Atau
ada wortel didalam bakwan tersebut bukan. Tentu ada maksud tertentu.
 
Ada yang bertujuan untuk kenaikan pangkat, sehingga naiklah
gajinya.
Ada yang bertujuan agar naik jabatan, maka naiklah reputasinya
di masyarakat
Ada yang bertujuan untuk memenuhi kemauan suaminya, ortunya
Atau ada yang sekedar menghabiskan waktu nya saja, daripada
bengong
Nah, semua ada tujuannya bukan, sekecil apapun tujuan itu,
selalu ada.
 
Perubahan golongan dari golongan II, ke Gol III, IV. Dari
tammat SMA ke Ir, Doktor, tentu akan merubah pandangan orang, masyarakat,
penghargaan, terutamanya pendapatan.
Dan apakah sama gaji seorang yang bergolongan IV dan gol III
ditambah gelar doktornya pula dengan mereka yang hanya tammat SMA(dengan masa
kerja yang sama, dan bidang yang sama pula)? Laa yastawuun, tentulah tak sama.
 
Nah, begitu pulalah dengan ilmu sharaf.
Ilmu sharaf adalah ilmu perpalingan, atau perubahan kata dari
satu kata kekata lainnya.
Perubahan huruf, penambahan huruf akan merubah arti dari suatu
kata tersebut, meskipun dari akar kata yang sama.
Sama sajakan dengan titel tadi, meski orangnya sama saja. Ketika
dia bertitel S1(Lc), akan beda gajinya, tatkala ia bertitel dan bergolongan doctor.
Itu sudah lumrah, meski ia mencari title itu bukan niat untuk semua itu, tapi
tentu ada yang ingin dicapainya, ada tujuannya.
 
Ketika si A memiliki golongan II, gajinya 2 jt, tatkala
bertambah golongannya naik menjadi 2,5, begitulah seterusnya.
Tak obahnya dengan ilmu sharaf. Kenapa kita harus terus
menerus memikirkan duniawi kita. Kenapa sesekali ilmu matematika, ilmu bahasa
kita, tak kita pergunakan dengan mempelajari UU ilmu bahasa Arab?
Apakah tak ada gunanya mempelajari semua itu?
Salah, kalau kita katakan tak ada.
Bukankan way of life kita, pedoman hidup kita AlQuran? AlQuran
itu bahasa apa? Bahasa Arab bukan? Ok lah,.kan ada terjemahannya. Tapi, apakah
tak ada keinginan kita untuk lebih memahami lagi, mempelajari lagi bahasa
AlQuran itu. Bukankah bahasa itu komunikasi kita kelak?
Ilmu nahu, gunanya, agar tak terjadi kesalahan didalam
penterjemahan, pemahaman, karena kita salah baca. Harusnya subjek, karena salah
baca barisnya, malah jadi objek. Jauh beda bukan? Dan banyak lagi kegunaan ilmu
nahu itu.
Lantas ilmu sharaf itu gunanya apa? Sama saja. Agar tak
terjadi kesalahan dalam mengartikan.
Contoh:
Kalimat :Ghafara( Gha fa ra).= kata kerja, dia satu orang
pengampun
Kalau ditambah hurufnya satu saja. Kita tambahkan alif setelah
huruf "ra" tadi, menjadi "Gha fa raa" menjadi dua orang lk. Tambah huruf "waw"
menjadi banyak orangnya lk2. Coba tambahkan, "ta taknis nun niswah". Berubah 80
derajat. Jenis kelaminnya yang berubah disana.
"Qaalallaahu" (Allah berkata= Allah yang maha esa).
Kalau kita salah baca, kita tambahkan, atau panjangkan huruf "lam
nya" menjadi "Qaalaa"(dua Allah yang berkata, naudzubillahi mindzalik). Kita
sudah mensyerikatkan Allah ta'ala dengan tanpa sengaja, hanya karena sedikit
kesalahan saja, cuman nambah huruf alif doang, kesalahannya fatal bukan? Dan
ini banyak terjadi lho.( but, don't worry, gak ada dosa bagi yang sedang
belajar).
Tadi kita tambah hanya satu huruf alif, dalam kata "Ghafara".
Coba kita tambah tiga huruf "alif sin ta". Apakah artinya tetap orang yang
mengampuni?
 
Yah enggaklah. Mana mau seorang yang bertitel professor disamakan
gajinya dengan yang bertitel S1?
Begitu juga. kalimat ghafara tadi diterjemahkan dengan
terjemahan yang sama. Justru artinya berbanding terbalik, seharusnya
mengampuni, malah menjadi "meminta ampun".
 
 "sami'a"(mendengar), "Istama'a:
mendengar dengan seksama. Itu sebabnya tatkala Allah ta'ala berfirman, dikala
menyuruh orang yang sedang mendengarkan AlQuran haruslah dia diam dan
mendengarkan dengan seksama. Bukan sekedar dengar kayak lenggang kangkung saja.
Karena apa? Karena yang dipakai disana kalimat "Waidzaa qurial
quraanuu fastami'uu lahu"(Fastami'uu), (, apabila dibacakan orang akan AlQuran,maka
dengarkan dengan seksama, sambil memperhatikan).
Kalau saja dipakai kalimat "fas ma'uu" maka dengarkanlah,
alias dengarkan biasa saja".
Tapi dalam lafaz disebutkan fastami'uu(maka mendengarkan
sambil memperhatikan, dan diam, jangan ribut). Kalau ada orang membaca AlQuran,
menjelaskan tentang AlQuran, kemudian kita ribut, saling bercerita, apalagi
ngegosif, plus cuek, berarti kita sudah mengindahkan perintah Allah ta'ala
bukan?
Apakah hukuman bagi mereka yang mengindahkan perintah Allah ta'ala?
Tak perlu saya jawab. Jawab masing masing sajalah.
Darimana kita mengetahui semua perubahan itu? Dari mempelajari
ilmu sharaf. Karena itu, kedua ilmu nahu ataupun sharaf sama pentingnya untuk
pendalaman ilmu AlQuran. Kenapa kita asyik belajar ilmu duniawi, dan
mengindahkan ilmu mencapaikan kita pada kedekatan kita pada AlQuran?
 
Isma' (dengakanlah) ya Ali
Ismaiy( dengarkanlah) ya Zainab
Istami;iy(dengarkanlah dengan seksama ya Zainab)
Kalau orang yang sudah faham ilmu nahu sharafnya, tatkala
mendengarkan kata 'Ali setelah kalimat isma' tadi) dia tahu nama Ali lelaki. Meski
ketika ia mendengarkan itu, tak melihat AlQuran, bahkan sedang bekerja
sekalipun, ia tahu orang itu salah membaca AlQurannya.
Kalau dia faham ilmu nahu sharaf, dia akan tahu, apabila
seseorang membaca ismaiyy(iinya dipanjangkan) ya 'Ali, atau isma'aa ya 'ali.
Dia akan tahu bacaan orang yang sedang membaca AlQuran itu salah. Karena
itulah, ia tahu tajwidnya salah. Gak ada mad( panjang ) disana.
Karena itulah perlu belajar ilmu tajwid, agar tak salah baca. Kalau
salah baca sampai merubah arti itu yang repot.
Seingat saya, sebaiknya, semua ilmu yang kita pelajari ada
baiknya ilmu itu mendekatkan diri kita pada sang khaliq. Dan menimbulkan
ghairah kita untuk mendalami lagi pedoman hidup kita, yakni AlQuran beserta
sunnah Rasulullah. Itu baru namanya mencapai dunia dan akhirat.
 
Wassalamu'alaikum. Rahima. Bkt 24 Mei 2013.
 
 
 

Lakukanlah sesuka hatimu, apa yang suka kamu melakukannya, tapi ingat, kamu juga akan mendapatkan balasan atas apa yang kamu lakukan itu.
 
Dan akhirat itu, jauh lebih baik dari dunia

Sikap menghormati pada sesama, bukanlah tanda suatu kecintaan kita pada seseorang. Namun, lebih kepada pertanda baiknya pendidikan akhlaq seseorang.

Oleh sebab itu, hormatilah manusia, meskipun mereka bukan orang -orang yang kamu cintai

Wassalamu'alaikum. Rahima

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
===


Untuk berlangganan milis Syiar Islam, kirim email ke:
syiar-islam-subscribe@yahoogroups.com
Layanan pembuatan website mulai 1 Dinar: http://media-islam.or.id/2010/07/22/pembuatan-website-seharga-3-dinar

Paket Umrah 2011 mulai US$ 1.700/orang di http://media-islam.or.id/2011/01/24/paket-umroh-2011-mulai-us-1-400

AhliHerbal.com Situs Belanja Herbal Terpercaya: http://ahliherbal.com
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment